Selasa, 04 Januari 2011

On your blog!

On your blog!

AnalisisNovelAyat-AyatCinta

Analisis Novel Ayat-Ayat Cinta

Dalam novel ayat-ayat cinta menceritakan sosok mahasiswa S2 Universitas Al Azhar, Cairo Mesir. Ia berasal dari Indonesia. Mahasiswa itu bernama Fahri bin Abdullah Shiddiq. Fahri telah berada di Mesir selama tujuh tahun. Ia telah berhasil menyelesaikan S1-nya dengan baik dan sekarang sedang melanjutkan S2. Fahri adalah sosok pria yang menjadi idaman para wanita. Ia baik, sopan, bertanggung jawab. Selama hidup di mesir, Fahri menyewa sebuah flat sederhana bersama keempat temannya yaitu Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Fahri dipercasya menjadi kepala rumah tangga yang mengatur dsan bertanggung jawab atas flat dan teman-temannya.
Flat yang Fahri tempati berjumlah enam tingkat. Flat Fahri terletak di lantai tiga. Untuk sampai ke flatnya harus menaiki anak tangga yang begitu banyak karena disana tidak terdapat lift. Bagi Fahri, flat adalah tempat berbagi suka dan duka setelah masjid. Di flatnya itu pula, fahri berkenalan dengan gadis kristen koptik bernama Maria, mahasiswa universitas Cairo. Ia anak sulung Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Flat Maria berada tepat diatas flat Fahri dan teman-temannya.
Keluarga Maria memang sangat baik kepada Fahri dan teman-temannya. Bahkan hubungan Maria dan Fahri bisa dibilang dekat. Seringkali Maria menitip sesuatu kepada fahri. Maria juga senang memberi makanan atau minuman kepada Fahri. Menurut Fahri, Maria adalah gadis yang baik dan unik. Dibilang unik karena Maria adalah seorang nasrani yang sangat mengagumi Islam. Ia juga hafal dengan surat Maryam dan surat Al-Maidah. Pernah suatu kali saat Fahri dan Maria sedang berada di dalam metro, Maria menunjukkan kepada Fahri jika ia bisa mengaji. Maria juga tahu tata cara mengaji yang didahului dengan membaca ta’awudz dan basmalah.
Meskipun Maria beragama Islam, ia meyakini bahwa Al-Quran adalah kitab yang paling banyak dibaca orang. Al-Quran juga sangat dimuliakan dan dihargai daripada kitab-kitab lainnya. Ia juga merasa marah ketika seorang doktor filsafat mengatakan bahwa dalam Al-Quran ada rangkaian huruf yang tidak diketahui maknanya. Cara berpakaian Maria jga sangat sopan. Ia lebih suka memakai pakaian yang panjang dan sedikit longgar, roknya juga panjangnya selutut. Satu lagi sifat unik Maria adalah suka mendengar adzan.
Suatu ketika saat Fahri pergi tallaqi dengan naik metro seperti biasanya. Di metro ia bertemu dengan gadis bercadar. Gadis itu bernama Aisyah. Saat di metro, Aisyah membela tiga orang bule Amerika untuk mendapatkan tempat duduk. Gadis bule itu bertnama Alicia. Saat itu ada seorang bule yang sudah tua. Aisyah berniat memberikan tempat duduk kepada bule yang tua itu. Namun penumpang yang kebanyakan orang Arab tidak setuju jika Aisyah memberikan tempat duduk kepada bule Amerika itu. Sebabnya karena orang Mesir sangat benci kepada orang Amerika. Antara Aisyah dan orang Arab sempat bertengkaran karena ada seorang penumpang metro yang sangat membenci bule yang mengganggap bangsanya seorang teroris.
Fahri yang tahu duduk permasalahnya segera menolong dan membela Aisyah. Awalnya sempat terjadi keributan kecil dan orang Mesir itu masih kukuh dengan pendapatnya. Dengan penjelasan Fahri akhirnya dapat meyakinkan meyakinkan penumpang itu dan berhasil merayunya agar mengizinkan bule itu duduk. Allicia mengucapkan terima kasih kepada Aisyah dan Fahri. Ternyata Alicia datang ke Mesir untuk meneliti lebih dalam tentang Islam. Akhirnya Aisyah dan Fahrilah yang memberi penjelasan kepada Alicia.Dari pertemuan dengan Fahri di Metro itu, Aisyah merasa jatuh hati kepada Fahri karena kagum atas sikap Fahri.
Selain Aisyah dan Maria, Fahri juga mengenal seorang gadis yang juga mahasiswa Al Azhar dari Indonesia yaitu Nurul. Nurul menaruh hati pada Fahri layaknya maria dan Aisyah. Nurul adalah sosok wanita Indonesia sejati. Ia sangat keibuan, sopan tutur katanya, dan baik sifatnya. Karena ia menaruh hati kepada Fahri, ia sampai menulis surat yang isinya menyatakan cintanya. Surat itu lalu Fahri titipkan kepada seorang ustadz.
Selain Maria, Fahri mempunyai tetangga yang nasibnya sangat mengenaskan. Berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Bapaknya seorang pemabuk dan kakanya seorang wanita penghibur. Namun ada sedikit keanehan jika melihat Noura. Semua keluarganya berkulit hitam hanya ia sendiri yang berkulit putih. Ternyata usut punya usut, Noura tertukar dengan keluarga Bahadur. Padahal sebenarnya ia anak orang terpandang. Karena perbedaan kulit Noura itu, ayah tirinya, Bahadur sering melakukan kekerasan padanya, termasuk pemerkosaan. Selain itu, Bahadur juga menuduh istrinya selingkuh karena melahirkan anak yang berbeda. Saat Noura diperlakukan kasar, hanya ibu tiri Noura yang merasa kasihan dan membela Noura. Tetapi apa daya tangan tak sampai. Bahadur lebih kuat dan berkuasa di rumah itu.
Suatu malam, di bawah flat ada keributan yaitu si muka dingin Bahadur sedang menghajar anaknya yaitu Noura. Melihat kejadian itu Fahri tidak tega dan menyuruh Maria menampung di rumahnya. Sebenarnya mereka sangat takut jika ketahuan Bahadur. Namun karena tidak tega melihat Noura, mereka memberanikan diri untuk menolong Noura. Untuk menghindari Bahadur, Noura dititipkan Fahri kepada Nurul dan ditempatkan di asrama bersama Nurul.
Pada suatu hari ketika Fahri mengaji pada Syaikh Utsman, Fahri ditanya dan ditawari untuk menikah. Tak lama kemudian Fahri menyetujui tawaran Syaikh Ustman hingga Fahri diajak berkenalan dengan calon istrinya. Calon istri Fahri itu adalah gadis beradar. Saat pertemuan pun tiba, Fahri bertemu dengan calon istrinya yang ternyata adalah Aisyah yang keponakan Iqbal, orang Indonesia yang sangat dikenal oleh Fahri. Fahri terkejut saat pertama kali Aisyah membuka cadarnya. Ternyata calon istrinya itu adalah gadis yang bertemu dengannya di metro. Ia sangat kagum melihat kecantikan Aisyah. Aisyah adalah wanita yang kaya. Ia mempunyai perusahaan dan warisan dari orangtuanya. Awalnya Fahri tidak enak karena istrinya lebih kaya dan mempunyai pekerjaan dan ia belum dapat mencari nafkah. Tetapi Aisyah meyakinkan fahri jika apa yang dimilikinya juga menjadi milik Fahri.
Setelah perkenalan itu tak lama kemudian mereka menikah tanpa dihadiri orang tua Fahri. Tetapi sebelumnya Fahri telah meminta restu kepada orangtuanya di Indonesia. Mendengar berita pernikahan itu, Nurul kecewa karena kasihnya tidak kesampaian. Wanita yang tak kalah kecewa atas pernikahan Fahri itu adalah Maria karena ia juga mencintai Fahri. Setelah pernikahan Fahri, Maria tidak mau makan, ia hanya melamun. Kondisi badannya semakin menurun. Namun hal itu tak menyurutkan kebahagiaan Fahri dan Aisyah sebagai pengantin baru.
Aisyah dan Fahri sangat bahagia mereka hidup bersama. Ketika kebahagiaan itu terjadi cobaanpun menghadangnya. Begitu sayangnya kepada Fahri, paman dan bibi Nurul meminta Fahri untuk menikahinya tetapi Fahri mampu menolaknya dengan halus. Tetapi cobaan yang lebih berat menimpanya ketika Fahri ditangkap dan dipenjara atas tuduhan memperkosa Noura. Fahri difitnah dan dijebak. Saat itu, Aisyah sedang hamil muda sehingga ia sangat sedih melihat nasib suaminya itu. Aisyah berusaha mencari beberapa saksi untuk membuktikan jika suaminya tidak bersalah. Ia juga mencari seorang pengacara untuk membela suaminya.
Persidangan digelar. Pada persidangan pertama, saksi-saksi yang dihadirkan Fahri tidak bisa membuktikan kebenaran Fahri. Aisyah kembali menangis. Keputusan pengadilan itu tidak dapat ditolak meskipun pengacara Fahri mengajukan banding dan meminta dilakukan tes DNA untuk mengetahui siapa sebenarnya yang menghamili Noura. Namun Tuhan berkata lain. Ternyata tes DNA hanya bisa dilakukan setelah bayi lahir. Fahri sadar bahwa Marialah kunci saksi yang bisa memenangkan persidangan itu. Aisyah kemudiian mencari Maria dan meminta tolong kepadanya agar mau menjadi saksi Fahri di persidangan. Namun sayangnya Maria sedang sakit. Ia koma. Kata ibunya Maria selalu memanggil-manggil nama Fahri. Hal itu terjadi karena Maria kecewa atas kegagalan cintanya dengan Fahri. Ia lantas mengurung dirinya sampai jatuh sakit.
Hanya ada salah satu cara untuk menyadarkan Maria yaitu meminta Fahri untuk menjenguk dan mengajaknya berbicara untuk menyadarka syaraf otaknya. Cara itu kurang berhasil karena Maria hanya menggerakkan tangannya. Dokter yang menangani Maria meminta Fahri untuk mencium dan memegang tangan Maria. Karena bukan muhrimnya, Fahri tidak mau melakukan itu. Asiyah lalu menyarankan agar fahri menikahi Maria. Fahri tidak setuju karena ia sangat mencintai istrinya. Namun atas pengertian Aisyah jika ia tidak mau bayinya tidak mempunyai seorang ayah karena dipenjara. Akhirnya Fahri menikahi Maria di kamar sakit. Kemudian Fahri mencium dan mebisikkan kata-kata cinta kepada Maria. Dengan izin Allah, Maria bangun dan sangat senang melihat Fahri disampingnya. Meskipun Asiyah menyetujui pernikahan suaminya itu dengan Maria namun ia sangat sedih. Ia menangis.
Setelah Fahri menikahi Maria, Maria sedikit sembuh dan dapat keluar dari rumah sakit meskipun harus tetap mengontrol kesehatannya. Di persidangan Fahri, Maria memberikan kesaksian bahwa hal yang dituduhkan kepada Fahri tidak benar. Pengacara Fahri juga menunjukkan bukti percakapan Noura menggunakan handpone Maria dengan temannya yang mengatakan bahwa ia diperkosa Bahadur. Karena kesaksian Maria itu, Noura tidak bisa melakukan apa-apa. Ia kemudian mengakui bahwa yang memperkosanya adalah Bahadur, ayah tirinya pada malam ia diusir dari rumahnya. Bahdur merasa terpojokkan, ia kemudian di tangkap dan dipenjara. Akhirnya Fahri bebas dari penjara.
Setelah persidangan itu, Fahri menjalani kehidupan seperti biasanya. Namun sekarang ia memiliki dua orang istri. Aisyah sedang mengandung anaknya dan Maria sedang sakit. Mereka dapat hidup harmonis walaupun Aisyah masih merasa sedikit canggung dengan keberadaan Maria. Karena penyakit Maria sangat parah itu, Maria sakit lagi bahkan lebih parah. Maria masuk Rumah sakit lagi. Ketika di rumah sakit, Maria bermimpi jika ia tidak boleh masuk surga karena bukan termasuk golongan-golongan mereka. Di dalam mimpi Maria itu, ia seolah-olah sedang berada di istana yang megah dengan banyak pintu. Dari kejauhan sudah tercium wangi istana itu. Sewaktu bemimpi itu, tak sadar maria mengigau membaca Al-Quran surat Maryam. Kemduian dilanjutkan surat Thaha dan memanggil-manggil nama Allah.
Setelah bangun dari mimpi itu Maria meminta Aisyah dan Fahri membantunya berwudhu dan mengajarinya sholat. Dengan penuh heran dan iba mereka menuruti kemauan Maria. Setelah itu Maria berbaring dengan suara lirih Maria mengucapkan kalimat syahadat. Fahri dan Aisyah mengajarinya shalat dan menuntunnya membaca kalimat syahadat. Setelah selesai shalat itu, lalu perlahan pandangan mata Maria meredup dan akhirnya tertutup rapat. Aisyah dan Fahri tak kuasa menahan air matanya melihat Maria yang telah menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir dan wajah bersih seakan diselimuti cahaya. Maria meninggal dunia setelah ia masuk Islam.

Resensi Novel Dalam Mihrab Cinta

Resensi Novel Dalam Mihrab Cinta
Buku ini pada dasarnya berisi 3 novelet dengan judul, tokoh dan setting yang berbeda. Ketiga novelet ini ialah : “Takbir Cinta Zahrana”, “Dalam Mihrab Cinta” dan “Mahkota Cinta”. Novelet pertama mengisahkan pergulatan Zahrana, seorang dosen universitas swasta di Semarang, dalam menemukan pasangan hidupnya. Zahrana digambarkan mewakili perempuan yang telat menikah karena lebih mementingkan karir akademiknya. Keteguhan dan ketegarannya diuji, walaupun usia sudah tidak muda lagi, namun Ia tidak serta merta menerima pinangan atasannya yang kaya, punya jabatan, namun buruk akhlaknya. Penolakan ini membawa terror demi terror bagi Zahrana dan mencapai puncaknya ketika calon suaminya Rahmad terbunuh satu hari sebelum pernikahannya berlangsung. Disinilah keteguhan iman Zahrana diuji bahwa Allah Maha Mengetahui takdir jodohnya, sehingga ia dipertemukan dengan jodoh yang tidak diduga-duga sebelumnya.
Novelet kedua “Dalam Mihrab Cinta” adalah ringkasan atau petikan dari roman “Dalam Mihrab Cinta” yang akan diterbitkan kemudian. Kang Abik ingin memperkenalkan sekilas tentang tokoh dan setting Roman Dalam Mihrab Cinta dalam bentuk novelet. Meskipun demikian, novelet ini tetap menyajikan cerita utuh yaitu tentang perjalanan seorang santri Syamsul yang difitnah, dikeluarkan dari pondok pesantren Al Furqon. Sisi kelam kehidupan Syamsul mendominasi awal-awal cerita, buah dari rasa dizalimi oleh sahabat yang semula dipercayainya, ditambah hukuman dari pesantren dan tekanan dari keluarganya. Syamsul yang bercita-cita ingin menjadi da’i akhirnya berhasil bangkit dan menjalani hidup sebagai seorang guru ngaji. Keinginan untuk kembali ke jalan yang lurus, sebersit keinginan membalas ke-zaliman bekas sahabatnya, menumbuhkan tekad untuk bangkit dan semangat pembuktian diri luar biasa, sehingga ia bisa menemukan kembali jalan kesholehan dan menjadi da’i yang terkenal.
Novelet ketiga berjudul “Mahkota Cinta”, diangkat dari hasil riset kecil tentang kehidupan mahasiswa pasca sarjana Indonesia yang menempuh studi di Malaysia, khususnya di Universiti Malaya. Jika dua novelet pertama mengambil tempat di kota-kota Indonesia, novelet ini mengambarkan perjalanan anak muda “Zul” yang merantau di Kualalumpur Malaysia. Kehidupan TKW dan mahasiswa Indonesia dengan menarik disajikan oleh Kang Abik. Kita seolah-olah diajak bertamasya ke luar negeri, melihat kehidupan kualalumpur dan Universiti Malaya melalui novel ini. Cerita yang ketiga ini merupakan yang terpanjang dinarasikan oleh Kang Abik. Lebih dari separuh tebal buku, diperuntukkan untuk mengupas tuntas kehidupan dan perjuangan Ahmad Zul menjadi mahasiswa sambil bekerja di Malaysia. Jika ada hal yang mengganggu adalah detail umur tokoh utama dalam cerita yaitu Zul dan Mbak Mari yang pada awalnya digambarkan sebagai adik dan kakak (umur Zul ditaksir 22 tahun oleh Mbak Mari, sedangkan Mbak Mari masuk 27 tahun atau ditaksir berumur di atas 30-an lebih oleh Zul), namun pada akhir cerita berbalik ternyata umur Mbak Mari yang mempunyai nama lain Agustina Siti Mariana Maulida, 28 tahun sedangkan Zul berumur 30 tahun.
Tema cinta dan dakwah tetap menjadi ruh dari tiga novelet di atas. Dengan apik Kang Abik mengajak pembaca menikmati gejolak rasa masing-masing tokoh, sambil digugah untuk selalu menjadikan Islam sebagai tuntunan hidup dalam mencari pasangan dan kehidupan yang lebih luasa. Berbeda dengan tokoh di Ayat-Ayat Cinta yang digambarkan sangat sempurna dan matang secara ghirah dan ilmu agama, tokoh-tokoh dalam novelet-novelet di atas digambarkan sebagai “orang biasa” yang mengalami pasang-surut iman dan akhirnya menemukan jatidirinya kembali sebagai seorang muslim yang taat. Namun demikian, dari sisi “ending” ada satu kesamaan dari novel-novel Kang Abik. Dia tidak ingin membuat pembaca kecewa, sehingga setelah pergulatan yang berat, sang tokoh akhirnya menemukan cintanya dan berakhir bahagia